New H4ir Styles 2013

Thursday, November 8, 2012

Penerapan Sistem Interoperabilitas Data dan Informasi


Penerapan Sistem Interoperabilitas Data dan Informasi 
Iptek di Lingkungan Ristek dan LPNK


Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah-LIPI lkmn_pdiiilipi@yahoo.com, isjd.pdiilipi@yahoo.com
 Abstrak

      Interoperabilitas didefinisikan sebagai kemampuan organisasi pemerintah untuk saling berbagi dan mengintegrasikan informasi dan proses kerjanya dengan memanfaatkan sekumpulan standar yang baku. Pada tahun 2011, Kementerian Ristek bekerjasama dengan Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PDII-LIPI) mengembangkan Pustaka Ristek dengan melaksanakan sistem interoperabilitas data dan informasi Iptek di lingkungan Ristek dan LPNK. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan seluruh karya ilmiah berikut data dan informasi yang dihasilkan para Peneliti serta lembaga penelitian dapat lebih terintegrasi sehingga mudah diakses dan dipetakan perkembangannya sesuai bidang ilmu masing-masing. Tidak hanya itu, melalui sistem tersebut, masalah visibilitas dan akuntabilitas hasil penelitian di Indonesia di dunia Internasional diharapkan ikut dapat teratasi sehingga pada gilirannya penelitian Indonesia dapat disitir oleh pengguna dari seluruh dunia.

Kata Kunci : interoperabilitas, digital library, national repository, Indonesian Scientific resources



1.     PENDAHULUAN

Framework interoperabilitas bertujuan untuk dapat mendefinisikan kumpulan spesifikasi yang dapat memfasilitasi sistem pemerintah ketika berinteraksi dengan sistem lainnya, baik dalam lingkup internal maupun dengan lingkungan eksternalnya secara efisien dan efektif.

Penggunaan framework interoperabilitas akan memberikan manfaat, antara lain:

a.         memudahkan lembaga pemerintah untuk bekerja sama dalam lingkungan elektronik;

b.         membuat sistem, memperkaya pengetahuan dan berbagi pengalaman yang dapat dimanfaatkan bersama dari satu lembaga ke lembaga lainnya;
c.          mengurangi kerumitan proses yang terkait dengan kebutuhan hubungan pemerintah secara on-line melalui pendekatan yang konsisten;
d.         mengurangi ketergantungan media tradisional dalam pertukaran data sesuai dengan kebijakan keamanannya masing-masing;
e.          mengantisipasi kebutuhan pengembangan untuk menjawab layanan yang semakin beragam di masa yang akan datang.

Putu Laxman Pendit (2001) membagi beberapa kategori interoperabilitas, antara lain sebagai berikut:

Technical interoperability: penggunaan standar komunikasi, pemindaian, penyimpanan, dan penyajian data digital;



      Semantic interoperability: standar penggunaan istilah dalam pengindeksan dan temu kembali;
     Political/human interoperability: keputusan untuk berbagi bersama dan bekerja sama;

     Intercommunity interoperability: kesepakatan untuk berhimpun antar institusi dan beragam disiplin ilmu;

    Legal interoperatiblity: peraturan dan perundangan tentang akses ke koleksi digital, termasuk soal hak intelektual;
     International interoperability: standar yang memungkinkan kerjasama internasional.

Sebagai penjabaran interoperabilitas untuk mendukung program e-government - khususnya di lingkungan Kementerian Ristek - pada bulan Oktober 2010 Kementerian Ristek telah meluncurkan portal Pustaka Iptek (http://pustaka.ristek.go.id) yang dilengkapi perangkat database jurnal internasional ”science direct”. Selain membantu para peneliti, keberadaan database tersebut dalam portal Pustaka Iptek juga membantu menghemat anggaran setiap lembaga penelitian karena tidak perlu lagi melanggankan jurnal di setiap portal yang dikelolanya. Dengan demikian, duplikasi berlangganan jurnal antar lembaga penelitian dengan sendirinya juga dapat dihindari.

Portal tersebut muncul sebagai salah satu upaya untuk menjawab permasalahan kesulitan akses terhadap publikasi ilmiah nasional dan Internasional yang menyebabkan rendahnya pemanfaatan publikasi itu sendiri sehingga menjadi faktor penyebab tidak efektifnya siklus pembaruan informasi ilmiah melalui riset.

Padahal saat ini banyak kegiatan riset telah dilaksanakan di Indonesia. Tabel 1 menunjukan beberapa pusat penelitian di bawah koordinasi Kementerian Ristek yang banyak menghasilkan karya-karya ilmiah berupa laporan penelitian, prosiding/makalah, laporan penelitian, tesis/disertasi, buku, artikel jurnal ilmiah dan paten. Ironisnya, publikasi ilmiah yang diterbitkan di dalam negeri masih terkesan sulit diakses sehingga pemanfaatannya sangat rendah. Lebih memprihatinkan lagi, masih banyak peneliti yang lebih mempercayai publikasi luar negeri sebagai referensi untuk menyusun rencana riset dan pembahasan teoritis hasil penelitiannya, walaupun riset tersebut dilaksanakan di Indonesia dengan permasalahan spesifik Indonesia.

Tabel 1
Pusat Penelitian LPNK - Ristek

Pusat Penelitian
Jumlah
LIPI
23
BPPT
20
LAPAN
7
BATAN
18
BAKOSURTANAL
8
BSN
1
Jumlah
77

Keberadaan Keputusan Menristek No. 44/VII/2000 tentang Penyampaian Literatur Kelabu yang berisi himbauan kepada para peneliti untuk menyerahkan karya-karya ilmiah yang dihasilkannya kepada PDII-LIPI untuk didiseminasikan sampai saat ini belum berjalan optimal. Proses pengolahan karya-karya ilmiah tersebut di PDII juga memerlukan waktu cukup lama sebelum dapat ditampilkan di media internet disebabkan begitu banyaknya dokumen yang harus diolah karena sebagian besar masih diterima PDII dalam bentuk hardcopy. Tabel 2 menunjukan karya ilmiah yang telah diolah PDII-LIPI. Dari jumlah tersebut masih ada sekitar 40% yang belum terolah.

Tabel 2
Karya Ilmiah Yang telah diolah PDII-LIPI

No
Jenis Karya
Jumlah
1
Artikel Jurnal Ilmiah
62.257
2
Jurnal Ilmiah
4.918
3
Laporan Penelitian
57.807
4
Artikel Prosiding ilmiah
58.550
5
Buku
83.104
6
Tesis/disertasi
33.518
7
Paten
6.860

Saat ini setiap lembaga penelitian sudah mulai mengelola karya ilmiah, data dan informasinya masing-masing. Hal ini tentu saja menimbulkan duplikasi dengan pengelolaan yang dilaksanakan PDII-LIPI. Untuk menghindari duplikasi tersebut, diperlukan sistem terintegrasi yang disertai pedoman dan standar yang digunakan secara nasional

maupun internasional sehingga proses interoperabilitas dapat berjalan baik.

Menanggapi berbagai uraian permasalahan yang telah disampaikan sebelumnya dan dalam rangka mengembangkan Pustaka Iptek di tahun 2011, dikembangkanlah suatu repository nasional yang berisi karya ilmiah, data dan informasi yang dihasilkan oleh para peneliti di Indonesia. Repository tersebut diharapkan dapat mengintegrasikan database dari perpustakaan digital (digital library) yang dibangun oleh lembaga penelitian yang ada di Indonesia dan dapat memberikan kemudahan akses informasi karya ilmiah kepada masyarakat sehingga duplikasi kegiatan penelitian dapat dihindari dan peta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat terpantau.


2.    PEMBAHASAN

Workshop IS&TDL 2010 telah mengidentifikasi pola pengelolaan informasi di satuan kerja LPNK yang berada dalam koordinasi Kementerian Ristek ke dalam tiga pengelompokkan, yaitu pengelolaan konten, penggunaan sistem aplikasi, dan kondisi perpustakaan.

Pengelolaan Konten

Konten yang dihasilkan satuan kerja dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu:

1) karya ilmiah yang merupakan hasil dari kegiatan penelitian yang diolah dalam bentuk buku, jurnal, laporan penelitian, tesis/disertasi, artikel makalah prosiding/pertemuan dan paten;

2)         database yang berkaitan dengan informasi yang telah dikelola seperti database laporan penelitian, tanaman anggrek, hewan, sungai, laut, ikan, Standar Nasional Indonesia (SNI) dan lainnya.

3)         informasi yang berkaitan dengan kegiatan penelitian, baik dari awal kegiatan maupun hasil penelitian yang telah dikemas menjadi pengetahuan dan kebijakan baru.

Saat ini, satuan kerja yang ada di LPNK hanya mengelola buku, jurnal, laporan penelitian, paten dan prosiding makalah yang diterbitkan oleh satuan kerja. Padahal tidak sedikit peneliti yang bekerja di satuan kerja tersebut yang menulis buku, jurnal, laporan penelitian dan berkolaborasi dengan instansi di luar satuan kerjanya sehingga hasil karyanya justru tidak terekam di satuan kerja tempat yang bersangkutan mengabdikan diri melainkan terpampang sebagai hasil karya di satuan kerja yang lain atas dasar hubungan kolaborasi penelitian. Fenomena yang sama terjadi pada para peneliti yang melanjutkan pendidikan mereka ke luar negeri, banyak karya mereka, baik berupa artikel jurnal/prosiding bahkan paten yang dipublish di

2

0 comments:

Post a Comment